Bahayanya Lisan Jika Tak Dikendalikan


Bahayanya Lisan Jika Tak Dikendalikan

Oleh: Raihana Fairuz Zunairah


Sejak kecil kita sudah akrab dengan sebuah peringatan yang mengandung nasihat, "Mulutmu Harimaumu". Mulut, bagian tubuh yang dalam hal ini dimaksudkan sebagai tutur kata sedangkan harimau berarti binatang buas. Setiap apa-apa yang kita bicarakan akan menjadi buas apabila tidak dikendalikan, siap menerkam hati yang lembut dan memutus ikatan persahabatan yang hangat. Meskipun lisan tak pernah lelah berbicara, digunakan setiap waktu untuk berdiskusi dan bercerita, namun setiap kalimat, kata, bahkan huruf akan dimintai oleh Allah SWT pertanggungjawabannya. Dalam QS. Qaf (50) ayat 18 berbunyi, "Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." Allah juga berfirman dalam QS. Ali Imran (3) ayat 181, "...Kami akan mencatat perkataan mereka itu...".
Betapa berbahayanya lisan dan sulitnya mengendalikan perkataan, hingga Allah menjanjikan surga pada orang yang mampu menahan lidahnya selain untuk kebaikan, Nabi SAW bersabda, "Barangsiapa mau menjamin untukku sesuatu yang ada di antara dua rahangnya (lisan) dan yang ada di antara dua kakinya (kemaluan), aku menjamin surga untuknya." (HR. Bukhari). Supaya dijauhkan dari ucapan yang membawa pada keburukan, hendaklah kita membiasakan diri untuk berbicara yang baik-baik atau diam dan tidak main-main dengan kata-kata.
Ada sebuah kisah yang disebutkan oleh Tajuddin As-Subki di dalam Thabaqat Asy-Syafi’iyah pada bagian biografi ayahnya, “Saat berada di dekat ayahnya yang sedang sakaratul maut, ada seekor anjing melintas. Kemudian Tajuddin berkata, ‘Pergilah wahai anjing anaknya anjing!’Ayahnya mengingkari hal itu, lalu Tajuddin berkata, ‘Bukankah itu anjing anaknya anjing?’ Ayahnya berkata, ‘Kami meriwayatkan hadis,’ pernah ada seekor anjing melewati Isa AS, kemudian ia berkata, ‘Melintaslah dengan selamat.’ Saat ditanya mengenai hal itu, ia menjawab,’Aku tidak suka membiasakan lisanku berkata buruk.’”
Hal yang sulit dikendalikan oleh lisan terutama lisan wanita yakni perihal menggunjing, perilaku ini sudah sangat jelas dilarang oleh Allah dalam QS. Al-Hujurat (49) ayat 12 namun banyak yang menutup telinga akan ayat itu karena lebih memilih untuk menuruti hawa nafsunya. Menggunjing dapat kita hindari dengan melakukan aktivitas-aktivitas positif dan mengurangi melakukan perbuatan yang sia-sia atau kurang berfaedah. Sebab orang yang selamat ialah orang yang disibukkan oleh kekurangan-kekurangan sendiri dan berusaha memperbaikinya, sedangkan orang yang menggunjing justru sibuk dengan aib orang lain. Membicarakan aib orang lain justru menunjukkan bahwa kita bukanlah orang baik, malah sebaliknya. Semoga kita sibuk dengan aib sendiri sehingga tidak sempat mengurus aib orang lain.

Posting Komentar

0 Komentar